Posted by : Frater Fransesco Agnes Ranubaya
Juni 08, 2013
Ilustrasi: Riam |
Dinamakan Riam Sabang, karena sungai Semandang, dekat kampung mereka tedapat sebuah Riam (Jeram).
Di hulu Jeram terdapat sebuah teluk, berisi seekor ikan Tilan Merah (Sili) Raksasa, (Fire Spinny Eel) bahasa latinnya ( Mastacembelus erythrotaenia). Masyarakat setempat memberi nama Tilan Sabang. Karena teluk tersebut tepinya ditanami Sabang, dan merupakan tempat mandi masyarakat kampung.
Ikan tersebut berdiameter sekitar 50 centimeter dengan panjang 20 meter, setiap hari mencari mangsa, setiap anak kecil yang mandi selalu hilang, dan itu terjadi setiap hari, namun penduduk tidak percaya karena belum tahu Tina Sabang selalu mengambil anak kecil menjadi santapannya.
Lama kelamaan masyarakat resah karena setiap hari ada saja anak hilang ketika mandi, keresahan itu perlahan terkuak setelah salah satu penduduk melihat langsung ikan raksasa tersebut berjemur disebuah batu besar di teluk itu. Namun, penduduk lainnya belum percaya, sampai ikan tersebut memakan anak kecil semakin banyak.
Ikan tak bersisik itu bahkan mengancam lewat mimpi, namun masyrakat setempat belum percaya juga.
Sampai akhirnya, suatu hari seorang anak berteriak dimulut ikan raksasa itu. Separuh badan anak malang itu, sudah di dalam mulut ikan buas masuk kea rah lubang di teluk itu. Baru masyarakat percaya, namun anak tersebut sudah dimangsa.
Masyarakat setempat kemudian melakukan ritual adat, dipimpin seorang dukun. Ritual adat ‘Baangko’ atau memohon petunjuk kepada Duata (Tuhan) supaya dibantu pencarian ikan buas tersebut. Kemudian hujan panas pun turun seketika pertanda petunjuk Sang Duata, masyrakat mulai melakukan penggalian di sekitar teluk tersebut. Sampai ke dalaman sepuluh meter baru ditemukan ikan tersebut sedang mengunyah anak kecil yang baru dibawanya tadi siang.
Hari pun menjelang sore, tanpa perlawanan ikan tersebut dibunuh beramai-ramai masyarakat, kemudian ditarik ke daratan, dagingnya dipotong-potong dan dibagikan ke seluruh masyarakat kampung.
Anehnya, setelah dipotong pun daging ikan buas itu masih bias bicara meniru perkataan masyarakat yang sedang membagikan dagingnya. Tanpa disadari masyarakat setempat yang memakan ikan itu menjadi kanibal, kemudian memakan pula masyarakat lainnya. Beberapa melarikan diri namun yang di kampung itu semuanya tewas karena saling memakan.
Sampai saat ini Riam Sabang masih menjadi legenda masyarakat kampung Kuala Randau, Desa Semandang Hulu Ketapang Kalbar. Kuburan yang disekitar Riam itu dipercaya sebagai kuburan masyarakat kanibal akibat memakan ikan raksasa buas itu, bekas lubang galian sepanjang 10 meter pun masih bisa dilihat, beberapa pencari ikan selalu memasuki lubang itu karena ikan air tawar bersarang di sana.