Posted by : Frater Fransesco Agnes Ranubaya
Juni 08, 2013
Kancil dan kura-kura sudah lama bersahabat. Pada suatu hari mereka pergi menangkap ikan disebuah danau. Berjumpalah mereka dengan seekor kijang. Kijang
ingin ikut. Lalu mereka pergi bertiga.
Sampai disebuah bukit mereka bertemu dengan seekor rusa. Rusa juga ingin ikut. Segera rusa bergabung dalam rombongan. Dalam perjalanan, disebuah lembah berjumpalah mereka dengan seekor babi hutan. Babi hutan menayakan apakah ia boleh ikut. "Tentu saja, itu gagasan yang baik, daripada hanya berempat lebih baik berlima," jawab kura-kura.
Setiba di bukit yang berikutnya, berjumpalah mereka dengan seekor beruang. Lalu mereka berenam melanjutkan perjalanannya. Kemudian mereka bertemu dengan seekor badak. "Bagaimana kalau aku ikut," tanya badak. "Mengapa tidak?", jawab semua. Bahkan lalu bergabung pula seekor banteng.
Kali berikutnya rombongan kancil bertemu dengan seekor kerbau yang akhirnya ikut serta. Begitu pula ketika
mereka bertemu dengan seekor gajah. Demikianlah, mereka bersepuluh berjalan berbaris beriringan mengikuti kancil dan akhirnya mereka sampai ke danau yang dituju. Bukan main banyaknya ikan yang berhasil ditangkap. Ikan kemudian disalai dengan mengasapinya dengan nyala api sampai kering.
Keesokan harinya, beruang bertugas menjaga ikan-ikan ketika yang lainnya sedang pergi menangkap ikan. Tiba-tiba seekor harimau datang mendekat. Tak lama kemudian beruang dan harimau terlibat dalam perkelahian seru. Beruang jatuh pingsan dan ikan-ikan habis disantap harimau.
Berturut-turut mereka kemudian menugasi gajah, banteng, badak, kerbau, babi hutan, rusa dan kijang, semuanya menyerah. Sekarang tinggal kura-kura dan kancil yang belum terkena giliran menunggu ikan. Kura-kura dianggap tidak mungkin berdaya menghadapi harimau, maka diputuskanlah kancil yang akan menjaga.
Sebelum teman-temannya pergi menangkap ikan, dimintanya mereka mengumpulkan rotan sebanyak-banyaknya. Lalu masing-masing dipotong kira-kira satu hasta. Tak lama kemudian tampak kancil sedang sibuk membuat gelang kaki, gelang badan, gelang lutut dan gelang leher. Sebentar-sebentar kancil memandang ke langit seolah-olah ada yang sedang diperhatikannya. Harimau terheran-heran, lalu perlahan-lahan mendekati si kancil. Kancil pura-pura tidak mempedulikan harimau.
Harimau bertanya, "Buat apa gelang rotan bertumpuk-tumpuk itu?". Jawab kancil, "Siapa yang memakai gelang-gelang ini akan dapat melihat apa yang sedang terjadi di lagit". Lalu dia menengadah sambil seolah-olah sedang menikmati pemandangan di atas. Terbit keinginan harimau untuk dapat juga melihat apa yang terjadi di langit.
Bukan main gembiranya kancil mendengar permintaan harimau. Dimintanya harimau duduk di tanah melipat tangan dan kaki. Lalu dilingkarinya kedua tangan, kedua kaki dan leher harimau dengan gelang-gelang rotan sebanyak-banyaknya sehingga harimau tidak dapat bergerak lagi.
Setelah dirasa cukup, rombongan si kancil berniat kembali pulang ke rumah, akan tetapi mereka bertengkar mengenai bagian masing-masing. Mereka berpendapat, siapa yang berbadan besar akan mendapatkan bagian yang besar pula. Kancil sebenarnya tidak setuju dengan usulan tersebut. Lalu dia mencari akal.
Tiba-tiba melompatlah kancil dan memberi tanda ada marabahaya. Semuanya ketakutan dan terbirit-birit melarikan diri. Ada yang jatuh tunggang langgang, ada yang terperosok ke lubang dan ada pula yang tersangkut akar-akar. Salaipun mereka tinggalkan semua. Hanya kancil dan kura-kura yang tidak lari. Berdua mereka pulang dan berjalan berdendang sambil membawa bungkusan yang sarat.
*******
"Berkat kecerdasan tinggi, yang lemah jadi kuat dan yang ditindas jadi pemenang".